“Tanah Air ku Tidak Kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
tidak kan hilang dari kalbu
tanahku yang kucintai
Engkau ku hargai
Walaupun banyak negeri kujalani
termasyur permai dikata orang
tetapi kampung dan rumahku
disanalah ku rasa senang
tanahku tak kulupakan
Engkau ku banggakan”
Sepenggal lagu yang sering kita dengar, tapi tak jarang kita tidak
mengerti. Bercerita tentang betapa indahnya Pertiwi, Betapa permainya
nusantara, tapi sedikit terlupakan oelh anak kandung nya. Indonesia yang
telah berjalan selama lebih dari 6 dekade ini harus perlahan kehilangan
jati diri bangsnya bersamaan dengan hilangnya kepedulian kaum muda.
Nasionalisme menjadi barang langka ketika hedonisme menjadi hal yang
wajar.
Berbagai budaya masuk tanpa adanya penyaringan, langsung serap tanpa
adanya akulturasi budaya. Tanpa sedikitpun mau untuk menyatu dengan
budaya asli bangsa ini. Malahan budaya asli yang begitu adiluhung serta
luhur ini harus perlahan meninggalkan tuan nya. Tergeser oleh
perkembangan zaman yang tak bisa lagi dikendalikan oleh tuannya. Pertiwi
melemah dengan berbagai penyakit jiwa yang dideritanya, seperti
korupsi, bentrokan, tawuran dan berbagai macam penyakit jiwa yang dibawa
serta diidap oleh anaknya sendiri.
Kaum muda, sebegai generasi emas dan generasi yang cerdas, harusnya
mampu untuk bisa menghadapi tatangan yang begitu deras dan kuat terus
menerus menerpa.Tapi pada
kenyataanny justru sebaliknya, pertahanan benteng yang lemah karena tak
adanya pendidikankarakter yang memadai, serta pengetahuan dan rasa cinta
tanah air yang ditanamkan oleh keluarga membuat mereka semakin
terpuruk. Di jadikan sebagai budak budaya yang mulai membanjiri negeri,
dijadikan sebagai korban dari ganasnya globalisasi. Globalisasi
seharunya mampu menciptakan budaya yang sesuai dengn jamannya. MAmpu
membangkitkan keratiufitas budaya, bukan malah mampu mengahncurkan
budaya asli itu sendiri.
Menjelang peringatan sumpah pemuda, masih adakah gaung sumpah itu
sekarang dirasakan? Adakah yang mengerti betapa rumusan sumpah yang
begitu luar biasa mampu menyatukan berbagai organisasi kepemudaan pada
masanya kala itu? Seprti yang kita lihat, pemuda sekarang justru malah
terpecah belah. Terpecah oleh kegoisan masing-masing, oleh keinginan dan
nafsu yang menguasai jiwanya yang sedang sekarat. BAngsa yang besar dan
maju masa depannya berada di tangan pemuda, namun apakah yang bisa
dipertahankan dilakukan ketika pemudanya terkena penyakit jiwa yang
,mengancam? Pasrah ataukah hanya bisa berdiam melihat kehancuran,
kerusakan dan kemusnahan perlahan menghampiri? Tentunya tidak, berbuat
sekcil mungkin untuk menyelamatkan bangsa sendiri dari amnesia massal
dan penyakit kronis bangsa lainnya. Pemuda harapan bangsa , semua
cita-cita dan arah pembangunan masa depan Bangsa ini berada dipundaknya.
Kokohkan dan stukan. Jiwa-jiwa pemuda yang kosong harus segera diisi
sebelum raganya rapuh. Indonesia bisa dan mampu karena pemudanya.
Sumpah pemuda akan kita peringati lagi untuk kesekian puluh kalinya,
sudah saatnya kesadaran berkebangsaan, bela negara dan nasionalisme
dikembangkan dan ditumbuhkan kembali. Bukan hanya hedonisme yang
dituankan, tapi budaya asli yang harus dilestarikan dan dijaga. Budaya
yang luhur serta membanggakan. Singsingkan lengan baju, saatnya
bergandeng tangan untuk membangun negeri. Ditengah keterpurukan ekonomi,
sosial dan moral, saatnya kita bangkit. Sudah lama kita tertidur dan
dinina bobokan oleh buday yang tak oantas untuk negeri yang beretika dan
bermoral. Sudah saatnya kita turun dari tempat tidur dan mulai
membangun bersama menantang matahari. Kepalkan tangan, bulatkan tekad
dan satukan misi serta visi menuju Indonesia Raya yang Berbhineka
Tunggal Ika…. PAncasila masih sakti dan menunggumu untuk bersama
mengawal pertiwi…. Sang Saka masih berkibar gagah ditengah lusuhnya kain
yang membangunnya dan Zamrud khatulistiwa masih tetap memancarkan
sinarnya ditengah kegelapan yang melingkupi. Bangun Pemuda Harapan
Bangsa, wujudkan Sumpahmu dalam hidup nyata….. Kami Pemuda Indonesia
yang Berbahasa satu, berbangsa satu dan bertanah air satu, INDONESIA…..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar