Hatiku saat ini tengah berkecambuk. Pertempuran antara beberapa hal
membuatku melemah dan tanpa kendali. Nafsu duniawi mengalahkan semua
imajinasi yang telah ku tata secara matang dan penuh ketenangan jiwa.
Jiwaku seolah-olah mati, ragaku seolah-olah musnah tanpa bekas ditelan
dunia yang tua ini dan Keserakahan yang abadi.
Lama ku hidup
dalam sebuah keterasingan yang kujalani dengan penuh paksaan, bahkan aku
tak sempat untuk mengatakan apa yang harusnya ku katakan padamu. Bibir
ini seolah terjahit oleh keangkuhanmu, pikiran ini seolah terbekukan
oleh egomu dan jiwa ini terasa mati oleh sikapmu yang begitu kuat untuk
sekedar ku masuki.
Akh, rasanya ingin kuputar ulang waktu, ingin
ku balikkan dunia agar semuanya apa yang ada dan nyata menjadi semu dan
tak pantas lagi. Tapi aku tak bisa lakukan apapun, karena aku tak bisa.
Tuhan masih sebagai pengendali Utama kehidupan ini. Aku hanya
menjalankan apa yang telah Tuhan rencanakan.
Hidup di sebuah
negri yang penuh kemunafikan, janji janji palsu dan omong kosong serta
kerakusan para petinggi membuatku semakin bertambah galau dan gelisah,
bahkan menggila karena kerasnya aturan yang harus terpaksa kami jalani.
Tapi inilah takdir yang telah Tuhan gariskan, semuanya terang dan nyata.
Samar-samar akan hilang oleh cahaya yang datang dari celah Rumbia.
Akhirnya
nanti akan tiba semuanya pada satu masa yang tak biasa,ketikan semuanya
harus berbalik total dan menyeluruh. Menjadikan penguasa sebagai jelata
dan jelata sebagai raja. Menghakimi semuanya yang telah terbukti
menjadi pengecut-pengecut di sisa jaman. Menghancurkan segala macam
tirani yang telah membelenggu dan memotong lidah kami yang teracam.
Menjadikan negri ini sebagai negri yang makmur akan raja raja yang arif
dan bijaksana. Menjadikan negri ini menjadi negri yang paling disegani
oleh dunia dan negri yang dipuja oleh seluruh bangsa.
Sekarang...,
aku hanya ingin melakukan satu hal. Pergi memandang laut. Mencoba untuk
menerobos celah cakrawala dan menyingkap tabir misteri dibalik semua
itu. Berjalan diatas butiran butiran pasir pantai yang belum ternodai
oleh kemunafikan dan keserakahan dan membiarkan jemari kakiku bebas
menikmati jilatan jilatan dari ombak yang datang. Indah rasanya....
Tenang rasanya.... damai Rasanya... hidup disuatu tempat tanpa
kemunafikan, kesombongan, keserakahan dan keangkuhan yang mencoba
menantang Tuhan di dunia ini. Indah rasanya jika di dunia itu hanya ada
Aku, Kau dan beberapa orang tanpa nafsu serta keserakahan yang
menyelimuti hatinya.
Aku takut jika semuanya hanya mimpi karena
dunia ini penuh dengan sandiwara dan omong kosong yang memuakkan. Penuh
dengan intrik licik yang saling menjatuhkan dan penuh dengan segala hal
hal brengsek yang perlu di babat habis tanpa ampun. Kesal dan sebal
rasanya jika semuanya itu kandas oleh pikiran pikiran manusia manusia
licik.
Tapi aku yakin, suatu saat nanti, entah esok, lusa, lusa
atau lusa... semuanya akan menjadi nyata. Entah ada atau tiadanya aku
disitu, entah ada atau tiadanya kita disana, atau bahkan saat semua
manusia telah ditiadakan karena sudah terlalu melampaui batas kewajaran
yang telah digariskan-Nya. ya... Suatu saat nanti.... ya Suatu saat
nanti... Entah kapan Suatu saat nanti itu datang..... dan Suatu saat
nanti yang hanya ada Aku, Kalian dan Tuhan....
Sebuah Negri di Sebrang Jalan, 28 Juli 1610
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar