Cerita tentang INDONESIA

Minggu, 16 November 2014

Hai kawan..... Namaku Indonesia. Aku terletak di Benua Asia, tepat berada di Garis Khatulistiwa. Letakku di daerah yang disinari Matahari sepanjang tahun, membuat ku sangat subur. Hutan Tropis yang sangat luas. Disamping itu, aku berbentuk kepulauan. Dengan lebih dari 17.000 Pulau. Garis pantai yang sangat panjang dan lautan yang sangat luas. Menyimpan berjuta keanekaragaman hayati disana. Hutanku melimpah dengan kayu dan hasil pertanian lainnya, lautku berisi jutaan protein dan keindahan yang tak tertawar. Aku sangat subur, bahkan sampai ada nyanyian yang mengatakan bahwa Tanahku adalah Tanah Surga.

Aku didiami oleh ribuan suku yang berbeda, dengan adat dan budaya yang berbeda pula. Selama ini, mereka bisa rukun dan bersatu karena mereka dinaungi oleh PANCASILA. Pancasila menjamin keanekaragaman dan keberagaman budaya di tempatku. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, kami hidup rukun dan damai. Tak pernah kami saling mempermasalahkan perbedan apapun. Karena pada dasarnya berbeda itu indah....

Sampai tiba pada suatu hari.....

Aku ditelanjangi, aku digerogoti. Kerusuhan terjadi dimana-mana karena mereka sudah mulai lupa dengan Nusantara, Saudara tuaku. Mereka lupa dengan PANCASILA. Sampai akhirnya PANCASILA, harus beranjak pergi dari sisiku. Aku sendiri....

Anak-anakku mulai tak peduli denganku. Mereka tak lagi mau mengenalku. Katanya mereka malu, karena saudara mereka banyak yang jadi Koruptor, jadi Tukang Teror dan Jadi Bencoleng Harga Diri. Mereka menganggap budayaku sudah ketinggalan jaman, sehingga mereka lebih suka budaya asing yang masuk. Bahkan budaya yang sama sekali tidak mencerminkan kearifan budaya ku. Tak ayal, satu persatu budaya asli Indonesia mulai dilupakan. Tak ada yang mau peduli lagi,

Kekayaan alamku dijarah habis-habisan. Tanpa ampun mereka mencabikku, menebang hutanku dan mencemari udara serta lautanku. Perih rasanya luka yang mengaga didaratan. Pengap rasanya udara yang bercambur polusi dan asap dan sedih rasanya melihat lautku yang berubah menjadi hitam. Semuanya hanya ingin memperalatku, tanpa mau merawatku. Aku hanya diburu tanpa mau dilindungi, Aku terluka..

Sampai pada akhirnya, kerusuhan horizontal terjadi. PErang antar suku karena satu persatu ingin bebas. Ini sama saya mencuil dagingku. Rasa sakit yang tak akan pernah tertahankan. Mereka mencoba membunuhku perlahan. Sungguh ironis, berbeda sekali dengan keadaan sebelum Dwi Tunggal , Soekarno Hatta sahabatku dulu sebelum membacakan Proklamasi. Semuanya bersatu demi satu tujuan yang satu. Berpegang erat demi satu tujuan yang sama untuk mengusir mereka penjajah yang mulai mencabik cabikku. sekarang, anak-anakku malah sibuk dengan urusannya sendiri. Aku ditinggalkan...

Sekarang, Bajuku satu-satunya mulai luntur dan sobek. Merah putih mulai pudar. Bersama dengan hilangnya semangat Nasionalisme di dalam diri anak-anakku. Mereka tak mau lagi menjaga bajuku agar tetap cemerlang. Aku yakin, jika begini terus, suatu saat bajuku akan sobek. Dipojok atas bawah sudah mulai termakan rayap. Tapi anak-anakku semua tak peduli... Lagu lagu kenanganku pun mereka tak peduli. Bahkan untuk hafal dan tahu  PANCASILA pun mereka gak mau...

Untunglah, pada usiaku yang ke-66 ini, aku menemukan beberapa Putra Putri terbaikku. Mereka kembali lagi memelukku. Mereka mulai menggangi pakaianku yang koyak, mulai kembali menyatukan satu demi satu yang tercecer. Mereka juga mulai memanggil dan menjaga Paman PANCASILA. Mereka benar-benar tahu diri dan berbakti. Merekalah harapanku di usiaku yang senja. Dan aku yakin, mereka pasti akan selalu menjagaku.... menjaga INDONESIA...

Maukah kamu juga ikut bersama mereka???????

0 komentar:

Posting Komentar