Hai kawan..... Namaku Indonesia. Aku terletak di Benua Asia, tepat
berada di Garis Khatulistiwa. Letakku di daerah yang disinari Matahari
sepanjang tahun, membuat ku sangat subur. Hutan Tropis yang sangat luas.
Disamping itu, aku berbentuk kepulauan. Dengan lebih dari 17.000 Pulau.
Garis pantai yang sangat panjang dan lautan yang sangat luas. Menyimpan
berjuta keanekaragaman hayati disana. Hutanku melimpah dengan kayu dan
hasil pertanian lainnya, lautku berisi jutaan protein dan keindahan yang
tak tertawar. Aku sangat subur, bahkan sampai ada nyanyian yang
mengatakan bahwa Tanahku adalah Tanah Surga.
Aku didiami
oleh ribuan suku yang berbeda, dengan adat dan budaya yang berbeda pula.
Selama ini, mereka bisa rukun dan bersatu karena mereka dinaungi oleh
PANCASILA. Pancasila menjamin keanekaragaman dan keberagaman budaya di
tempatku. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, kami hidup rukun dan
damai. Tak pernah kami saling mempermasalahkan perbedan apapun. Karena
pada dasarnya berbeda itu indah....
Sampai tiba pada suatu hari.....
Aku
ditelanjangi, aku digerogoti. Kerusuhan terjadi dimana-mana karena
mereka sudah mulai lupa dengan Nusantara, Saudara tuaku. Mereka lupa
dengan PANCASILA. Sampai akhirnya PANCASILA, harus beranjak pergi dari
sisiku. Aku sendiri....
Anak-anakku mulai tak peduli
denganku. Mereka tak lagi mau mengenalku. Katanya mereka malu, karena
saudara mereka banyak yang jadi Koruptor, jadi Tukang Teror dan Jadi
Bencoleng Harga Diri. Mereka menganggap budayaku sudah ketinggalan
jaman, sehingga mereka lebih suka budaya asing yang masuk. Bahkan budaya
yang sama sekali tidak mencerminkan kearifan budaya ku. Tak ayal, satu
persatu budaya asli Indonesia mulai dilupakan. Tak ada yang mau peduli
lagi,
Kekayaan alamku dijarah habis-habisan. Tanpa ampun
mereka mencabikku, menebang hutanku dan mencemari udara serta lautanku.
Perih rasanya luka yang mengaga didaratan. Pengap rasanya udara yang
bercambur polusi dan asap dan sedih rasanya melihat lautku yang berubah
menjadi hitam. Semuanya hanya ingin memperalatku, tanpa mau merawatku.
Aku hanya diburu tanpa mau dilindungi, Aku terluka..
Sampai
pada akhirnya, kerusuhan horizontal terjadi. PErang antar suku karena
satu persatu ingin bebas. Ini sama saya mencuil dagingku. Rasa sakit
yang tak akan pernah tertahankan. Mereka mencoba membunuhku perlahan.
Sungguh ironis, berbeda sekali dengan keadaan sebelum Dwi Tunggal ,
Soekarno Hatta sahabatku dulu sebelum membacakan Proklamasi. Semuanya
bersatu demi satu tujuan yang satu. Berpegang erat demi satu tujuan yang
sama untuk mengusir mereka penjajah yang mulai mencabik cabikku.
sekarang, anak-anakku malah sibuk dengan urusannya sendiri. Aku
ditinggalkan...
Sekarang, Bajuku satu-satunya mulai luntur
dan sobek. Merah putih mulai pudar. Bersama dengan hilangnya semangat
Nasionalisme di dalam diri anak-anakku. Mereka tak mau lagi menjaga
bajuku agar tetap cemerlang. Aku yakin, jika begini terus, suatu saat
bajuku akan sobek. Dipojok atas bawah sudah mulai termakan rayap. Tapi
anak-anakku semua tak peduli... Lagu lagu kenanganku pun mereka tak
peduli. Bahkan untuk hafal dan tahu PANCASILA pun mereka gak mau...
Untunglah,
pada usiaku yang ke-66 ini, aku menemukan beberapa Putra Putri
terbaikku. Mereka kembali lagi memelukku. Mereka mulai menggangi
pakaianku yang koyak, mulai kembali menyatukan satu demi satu yang
tercecer. Mereka juga mulai memanggil dan menjaga Paman PANCASILA.
Mereka benar-benar tahu diri dan berbakti. Merekalah harapanku di usiaku
yang senja. Dan aku yakin, mereka pasti akan selalu menjagaku....
menjaga INDONESIA...
Maukah kamu juga ikut bersama mereka???????
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar