Malam ini terasa berbeda. entah kenapa saya begitu melankolis. takut
seakan-akan saya harus kembali pulang besok untuk selamanya. Padahal
saya belum melakukan sesuatu. Entah membantu orang lain, membalas budi
ataupun membuat saya menjadi berguna bagi banyak manusia.
Saat
ini jelas, semua rasa tak bisa kubayangkan. Entah Bahagia yang
bercampur dalam duka layaknya larutan kopi susu yang tengah saya minum.
Rasa pahit bercampur dengan manis dan kentalnya susu membuat saya
benar-benar merasakan nikmatnya hidup. Kadang memang hidup ini manis,
melebihi manisnya susu, saat itu kadang kita lupa bersyukur dan lupa
siapakah yang telah membuat manisnya kehidupan. Kadang kita terlalu
congak dengan apa yang kita raih. Pongah dan sombong. Padahal kita
sendiri tak tahu apa yang akan terjadi esok.... jangankan esok, satu
detik yang akan datangpun kita tak akan pernah tahu.
Kadang
juga pahit, saat banyak masalah datang, Musibah menghampiri seakan
cobaan tak henti-hentinya mendera. Saat itu pula kadang kita malah
semakin jauh dan menjauh. Bahkan tak jarang kita malah mempertanyakan ke
Maha Penyayangan DIA pemilik alam semesta ini.
Pantaskah
kita melakukan hal tersebut? Pasti TIDAk, tapi apa kata hati nurani? Apa
jawaban dari Otak? Beragam.... Layaknya Kopi Susu yang saya minum tadi,
ada warna hitam karena kopinya dan putih karena susunya.
~~~
Hari
ini aku merasakan sangat melankolis.... ditemani gerimis dan udara
malam yang dingin. Rasanya aku sedang berada pada suatu tempat entah
dimana, yang jelas kedamaiana kutemukan disini. Ku bisa memasuki
duniaku, melintas batas dimensi keangkuhan.... Semuanya terasa nyaman
dan damain. Tenang tanpa satu alasan...
Terlihat
samar-samar dari jendela, iringan mobil yang berlalu lalang, kadang
membuatku penat. Kadang juga menghiburku. Suaranya seakan-akan
membangunkanku pada suatu mimpi buruk tentang hidup ini. Yang kulalui
serasa dalam mimpi tak pernah nyata. Tak pernah semu itu menjelma dalam
kehidupan. KArena aku merasa aku berada dalam dimensi yang berbeda.
Tubuhku jelas di tahun 2010, tapi jiwa ini? entahlah.. aku sendiri belum
bisa menerima yang telah Tuhan gariskan. Terserah pada Tuhan, au hanya
menjalani dan kuharapkan tanpa beban.
Malam itu aku ingat,
setahun yang lalu masih tergambar jelas tentang sebuah pengajaran apa
itu hidup. Tentang sebuah keadilan dari yang paling adil. Membuka mata
dan hati. Menerobos sela-sela jiwa kemanusiaan yang telah robek oleh
manusia sendiri. Aku merasakan sebuah visualisasi yang nyata. Tergambar
jelas tanpa halangan.
Seorang anak lelaki yang beranjak
dewasa menemukan sebuah jalan hidupnya. HArus memisahkan diri dari orang
tuanya, padahal usia nya sangat muda. Entah kenapa dia berani mandiri
sebelum waktunya. Entah kenapa dia mau jauh dari orang tuanya. Hanya ada
satu alasan rupanya. Persiapan harus di awal waktu, kesalahan kita yang
selalu tepat waktu membuat kita terus kian terpuruk.
Saat
itu kurasakan sebuah kehidupan nyata. membaur dalam masyarakat dsan
benar-benar melakukan apa itu sosialisasi secara sempurna dengan
masyarakat. walaupun getir dan keras, tapi langkah sudah dipilih dan
harus tetap dijalankan.
Malam itu kumerangkai kata yang
berputar dalam otakku. Kubisikan sesuatu pada malam, tentang indahnya
hidup dan manisnya kopi susu.....
Malam Bersaksi
Meninggalakan sejuta kenangan yang tak akan pernah kulupakan
Menghanyutkan gelombang rindu dalam sebuah alur permainan
Mendekam bara api yang tercecer di atas puing-puing runtuhan istana es
Malam itu
Suasana begitu sangat syahdu... tenang tapi berwibawa
Angkuh tapi menunjukan suatu kebesaran yang tak ternilai
Sungguh tak ternilai
Bahkan Kalkulator tercanggih pun tak bisa menghitungnya
Aku sangat yakin akan hal itu
Saat kuterpaku pada sebuah pondok ditepi jalan
Kumelihat seorang bapak tua yang sedang tertidur pulas
padahal malam begitu sangat dingin
Hanya berasalkan Bambu kepang dan selimut dari kain sarung lusuhnya
Akh aku pikir ini adalah orang gila
Kuperhatikan sesksama, kenapa begitu rapihnya
Lalu aku berfikir sejenak
Akh dia pasti tuna wisma yang tersisih
Lalu kumencoba mendekatinya tanpa membangunkannya
Kuajak bayangannya berbicara, dan kutelusurui jejak jejak yang tertinggal pada sorot matanya
Begitu jelas terlihat dari raganya ini,
Setia inci menceritakan suatu kisah tentang apa itu hidup
Kerasdan penuh perjuangan
Setengah kau menjalani, maka kesmepatanmu hanya tinggal setengah, lalu habis dan mati
Hanya bisa meratapi yang terjadi
Terlalu berambisi, maka jiwamu akan hancur
banyak yang akan membunuhmu dengan taktik licik yang kejam
Tapi itulah hidup, toh harus kita jalani juga
Lalu kenapa malam terasa begitu dingin bagiku dan hangat baginya?
Sebuah jawaban kuterima
Dari balik matanya yang tengah menutup
"Kau masih muda....
Kau masih belia.... pikiranmu tak akan mampu kesana
Sebelum usia dan pengalama yang mengajarimu
Sebelum kau benar-benar mempunyai hati yang kuat
Sebelum kau tahu arti tentang sebuah pengorbanan
Maka kau tak akan mampu melawan dinginnya malam ini
Tulangku tersusun dari pondasi-pondasi pengalaman hidup
Kulitku tebal setebal apa yang pernah kujalani
Dingin bukanlah alangan bagiku, dia hanya cubitan kecil yang takberarti
dibandingkan dengan hidup yang pernah kujalani"
Dari sorot matanya jelas tergambar betapa menderitanya dia
Betapa kejam hidup ini membantainya
Tanpa ampun
Tak ada kesempatan lagi untuk sekedar bernafas merasakan indahnya dunia
Tak ada satu detikpun untuk mencicipi air hujan yang menetes
Tak ada ampun dan tak akan ada kesempatan lagi.....
Lama kutermenung, aku dikejutkan dengan sesuatu didepan saya...
Cahaya sangat terang dan Bruk....
Semuanya telah berakhir.... Akhirnya tugasku telah selesai di dunia ini....
~~~~
Petir
menyambar....Termenenung dan lamunanku hilang. Hilang bersama dengan
petir yang barusan saja memakan bumi. Semoga semua angan menjadi sebuah
harapan yang nyata.....
Klaten, 12 Desember 2010; 22:14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar